Afrizal Malna
Afrizal Malna (lahir di Jakarta, 7 Juni 1957) adalah penulis Indonesia yang menghasilkan berbagai karya puisi, cerita pendek, novel, esai , dan teks pertunjukan teater. [1] Di antara berbagai karyanya, tema puisi Afrizal Malna yang menonjol adalah pelukisan dunia modern dan kehidupan urban, serta objek material dari lingkungan tersebut.[2]Korespondensi objek-objek itulah yang menciptakan nuansa dan gaya puitiknya.[2]
Biografi
Sejak menamatkan SLA pada tahun 1976, Afrizal Malna tidak melanjutkan sekolah. Pada tahun 1981, ia belajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, sebagai mahasiswa khusus hingga pertengahan dikeluarkan pada tahun 1983. [3]
Pada usia 27 tahun, Afrizal Malna menikah.[3] Selama kurang lebih sepuluh tahun ia pernah bekerja di perusahaan kontraktor bangunan, ekspedisi muatan kapal laut, dan asuransi jiwa. Sekarang lebih banyak berkiprah di bidang seni, sebagai sutradara pertunjukan seni, kurator seni instalasi, penyair dan penulis.[4]
Proses Kreatif
Puisi, cerpen, dan esainya dimuat dalam Horison, Kompas, Berita Buana, Republika, Kedaulatan Rakyat, Jawa Pos, Surabaya Post, Pikiran Rakyat, Ulumul Qur'an, dan lain-lain.[1]
Tema puisi Afrizal Malna yang menonjol adalah pelukisan dunia modern dan kehidupan urban, serta objek material dari lingkungan tersebut. Korespondensi objek-objek itulah yang menciptakan nuansa dan gaya puitiknya. [2]
Imaji-imaji dalam kehidupan sehari-hari , secara berdampingan ditampilkan (jukstaposisi) secara gaduh, hiruk-pikuk, hampir-hampir chaotic, kacau balau, semrawut, tercermin dalam judul-judul puisinya, seperti: “Antropologi Kaleng-Kaleng Coca Cola”, “ Fanta Merah untuk Dewa-Dewa”, “Migrasi di Kamar Mandi”, “Pelajaran Bahasa Inggris Tentang Berat Badan”. Afrizal tertarik pada menemukan hubungan antara objek dalam puisi-puisinya, mencari—dalam kata-katanya sendiri—suatu “visualisasi tata bahasa atas benda-benda” (a “visual grammar of things”). [5] Intimasi hubungan rahasia antar objek-objek tersebut memberikan banyak informasi tentang puitika Afrizal. [5]
Pada tahun 1981, sebuah naskah dramanya memperoleh penghargaan dalam sayembara Kincir Emas Radio Nederland Wereldomreop.[3]
Karya dramanya yang berjudul Pertumbuhan di atas Meja Makan, terpilih dalam antologi drama Indonesia seratus tahun yang diterbitkan Yayasan Lontar,[6] serta diterjemahkan dalam versi bahasa Inggris dengan judul Things Growing on the Table[7]. Karya drama Afrizal tersebut merupakan salah satu contoh yang representatif untuk karya yang muncul pada era postmodernisme Indonesia. Karya ini menentang penggunaan narasi keseragaman yang dibentuk oleh Orde Baru di Indonesia. Dalam karya dramanya ini, Afrizal yang juga bertindak sebagai editor, membangun suatu "perpecahan" (disunity) dengan memecah belah atau membuat potongan-potongan dialog dari berbagai sumber berlainan, misalnya potongan pidato presiden Soekarno dan wakilnya Mohamad Hatta digabungkan dengan dialog dari Caligula karya Albert Camus dan Sandyakala Ning Majapahit karya Sanusi Pane. Dengan demikian, melalui karyanya yang demikian, ia menolak hubungan kausalitas dan struktur naratif, ketika tokoh Suami dan Istri dalam drama ini mengucapkan kutipan potongan-potongan kalimat yang tidak berhubungan tersebut, sekaligus memaksa audiens untuk membangun sebuah cerita bagi diri mereka sendiri. [7]
Afrizal menulis esai pengantar untuk buku kumpulan puisi beberapa penyair Indonesia, antara lain Juniarso Ridwan, Soni Farid Maulana, Dorothea Rosa Herliany, Made Wianta, dan lain-lain). [1] Esainya juga terbit pada antologi bersama antara lain, Perdebatan Sastra Kontekstual (Ariel Heryanto ed., 1986).[8].
Sesuatu Indonesia: Esei-Esei dari Pembaca Tak Bersih adalah salah satu buku kumpulan esainya, diterbitkan oleh Yayasan Bentang Budaya pada tahun 2000.[8]
Esainya dalam Senimania Republika, Harian Republika, 1994 memenangkan Republika Award. [3]Ia juga menjadi pemenang esai di Majalah Sastra Horison pada 1997. [8]
Sejak 1983 hingga 1993 menulis teks pertunjukan Teater Sae.[8] Afrizal pernah mengunjungi beberapa kota di Swiss dan Hamburg, memberikan diskusi teater dan sastra di beberapa universitas dalam rangka pertunjukan Teater Sae (Mei-Juni 1993) yang mementaskan naskahnya.[8]
Tahun 1995 bersama Beeri Berhrard Batschelet dan Joseph Praba, mementaskan seni instalasi Hormat dan Sampah di Solo. [8] Pada tahun 1996 berkolaborasi dengan berbagai seniman dari beragam disiplin mengadakan pertunjukan seni instalasi ''Kesibukan Mengamati Batu-Batu'' di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.[8] Tahun 2003, mementaskan Telur Matahari berkolaborasi dengan Harries Pribadi Bah dan Jecko Kurniawan.
Beberapa buku prosa: cerita pendek atau novel, karya Afrizal Malna, antara lain: Dalam Rahim Ibuku Tak Ada Anjing (2003), Seperti Sebuah Novel Yang Malas Menceritakan Manusia (IndonesiaTera, 2004), Lubang dari Separuh Langit (2005).
Cerpennya pernah masuk dalam antologi cerpen pilihan Kompas, antara lain Pistol Perdamaian (1996), dan Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan (1997).[8]
Berkat prestasinya di bidang kepenulisan, Afrizal Malna beberapa kali diundang dalam festival dan acara sastra nasional maupun internasional, seperti Festival Penyair International di Rotterdam, Belanda (1995) dan Utan Kayu International Literary Biennale di Jakarta 2005.[8]
Buku
Abad Yang Berlari (1984)
Perdebatan Sastra kontekstual (1986)
Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
Yang Berdiam Dalam Mikropon (1990)
Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991)
Dinamika Budaya dan Politik (1991)
Arsitektur Hujan (1995)
Biography of Reading (1995)
Pistol Perdamaian (1996)
Kalung Dari Teman (1998)
Sesuatu Indonesia, Esei-esei dari pembaca yang tak bersih (2000)
Seperti Sebuah Novel yang Malas Mengisahkan Manusia, kumpulan prosa (2003)
Dalam Rahim Ibuku Tak Ada Anjing (2003)
Novel Yang Malas Menceritakan Manusia (2004)
Lubang dari Separuh Langit (2005)
Terjemahan
Traum der Freiheit Indonesien 50 jahre nach der Unabhangigkeit (Hendra Pasuhuk & Edith Koesoemawiria, 1995)
Frontiers of World Literature (Iwanami Shoten, Publishers, Tokyo, 1997) ke dalam bahasa Jepang
Poets, Friends Around the World (Mitoh-Sha, Tokyo, 1997)
Menagerie 3 (John H. McGlynn, 1997)
Do Lado Dos Ollos Arredor da poesia, entrevistas con 79 Poetas do Mundo (Emiilio Arauxo, Edicions do cumio, 2001)
Penghargaan
Kincir Perunggu untuk naskah monolog dari Radio Nederland Wereldomroep (1981)
Republika Award untuk esei dalam Senimania Republika, harian Republika (1994),
Esei majalah Sastra Horison (1997)
Dewan Kesenian Jakarta (1984).