Kelahiran 1905

Adji Pangeran Afloes
Gubernur Kalimantan Barat periode 1957-1958
Adji Pangeran Afloes (lahir di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, 6 Februari 1905 – meninggal di ?, 0 Desember 1991 pada umur 85 tahun) adalah Gubernur Kalimantan Barat periode 1957-1958.

Keluarga
Adji Pangeran Afloes lahir dari ibu bernama Adji Haniah (gelar Adji Raden Wasito Putro Winatan) dan ayah bernama Adji Muhammad Ali Hanafiah (gelar Adji Pangeran Prawiro).
Pendidikan
Adji Pangeran Afloes menempuh pendidikan di Volksschool (setingkat SD) di Tenggarong dari 1911 hingga 1917. Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke kursus bahasa Belanda di Tenggarong (1918–1919), OSVIA (Opleiding School voor Inlandse Ambtenaaren) atau Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negri, lulus di Makassar (1919-1925) dan Kursus Bahasa Inggris di Sanga Sanga Dalam (1930).

Daftar Pekerjaan
1925 : AIB ( Pejabat Pemerintahan ) di Sampit, Kalteng.
1926 : AIB ( Pejabat Pemerintahan ) di Barabai, Kalsel.
1927 : Kepala Pejabat di Muara Kaman, Kalimantan Timur
1928 : Jaksa Pengadilan Negri di Tenggarong, Kaltim.
1928 – 1931 : Kepala Pejabat ( mewakili Kesultanan Kutai ) di Sanga Sanga, Kalimantan Timur.
1932 – 1934 : Sekertaris Sultan Kutai di Tenggarong, Kalimantan Timur.
1935 – 1940 : Swasta di Tenggarong, Kalimantan Timur.
1941 – 1945 : Kakaricho di Tenggarong, Kaltim.
1946 : Menjadi salah satu wakil dari Indonesia di Konperensi Malino.
1945 – 1948 : Patih di Samarinda, Kalimantan Timur
1949 – 1952 : Ketua Pendidikan Pemerintah di Samarinda, Kalimantan Timur.
1952 – 1957 : Resident diperbantukan pada Gubernur Propinsi Kalimantan di Banjarmasin (sebelum Kalimantan dimekarkan menjadi 4 propinsi)
1952 – 1954 : Resident pada Gubernur Murdjani di Banjarmasin.
1954 – 1957 : Resident pada Gubernur Milono di Banjarasin.
1957 : Bersama dengan Gubernur Milono berinisiatif memekarkan Propinsi

Kalimantan dan mengusulkan pada Presiden RI di Jakarta untuk menjadi 4 Propinsi seperti sekarang ini.
1957 – 1958 : Gubernur Pertama di Propinsi Kalimantan Barat.
1959 : Staff Ahli Mentri, diperbantukan pada Departemen Dalam Negri di Jakarta.
1960 – 1961 : Sebagai Ahli Ekonomi Kerakyatan aktif mendirikan Gerakan Koperasi

dan pusat pusat Koperasi serta Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan di Jakarta bersama dengan tokoh - tokoh Koperasi di Indonesia seperti Drs. Moch.Hatta, R.P Suroso, Drs. Achmadi, dll.  : Mewakili Dewan Koperasi Indonesia pada Konperensi Gerakan Koperasi Internasional di Singapura, New Delhi, Praha dan negara - negara Timur Tengah.
1961 : Pensiun sebagai pegawai negri.
1961 – 1963 : Ketua Dewan Koperasi Pegawai Negri seluruh Indonesia di Jakarta.
1964 – 1976 : Pendiri dan Direktur Utama PT Kayu Mahakam Kutai di Jakarta.
1979 : Bersama Sukamdani Sahid, Moch. Hassan, HA Rustam Effendi mendirikan INDOTA ( Indonesian Timber Association ), semula sebagai embrio yang kelak melahirkan dan berdirinya MPI ( Masyarakat Perkayuan Indonesia )
1976 – 1981 : Dewan Penasihat / Pendiri MPI ( Masyaakat Perkayuan Indonesia.
1982 – 1991 : Komisaris Utama PT Gunung Jati Rimba Samarinda, berkedudukan di Samarinda.
1991  : Wafat dan dimakamkan di Jakarta.
====================================
J. Leimena
satu pahlawan Indonesia
Dr. Johannes Leimena (lahir di Ambon, Maluku, 6 Maret 1905 – meninggal di Jakarta, 29 Maret 1977 pada umur 72 tahun) adalah salah satu pahlawan Indonesia. Ia merupakan tokoh politik yang paling sering menjabat sebagai menteri kabinet Indonesia dan satu-satunya Menteri Indonesia yang menjabat sebagai Menteri selama 21 tahun berturut-turut tanpa terputus. Leimena masuk ke dalam 18 kabinet yang berbeda, sejak Kabinet Sjahrir II (1946) sampai Kabinet Dwikora II (1966), baik sebagai Menteri Kesehatan, Wakil Perdana Menteri, Wakil Menteri Pertama maupun Menteri Sosial. Selain itu Leimena juga menyandang pangkat Laksamana Madya (Tituler) di TNI-AL ketika ia menjadi anggota dari KOTI (Komando Operasi Tertinggi) dalam rangka Trikora.

Riwayat hidup
Leimeina dilahirkan di Kota Ambon. Pada tahun 1914, Leimena hijrah ke Batavia (Jakarta) dimana ia meneruskan studinya di ELS (Europeesch Lagere School), namun hanya untuk beberapa bulan saja lalu pindah ke sekolah menengah Paul Krugerschool (kini PSKD Kwitang). Dari sini ia melanjutkan pendidikannya ke MULO Kristen, kemudian melanjutkan pendidikan kedokterannya STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische Artsen), Surabaya - cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Keprihatinan Leimena atas kurangnya kepedulian sosial umat Kristen terhadap nasib bangsa, merupakan hal utama yang mendorong niatnya untuk aktif pada "Gerakan Oikumene". Pada tahun 1926, Leimena ditugaskan untuk mempersiapkan Konferensi Pemuda Kristen di Bandung. Konferensi ini adalah perwujudan pertama Organisasi Oikumene di kalangan pemuda Kristen. Setelah lulus studi kedokteran STOVIA, Leimena terus mengikuti perkembangan CSV yang didirikannya saat ia duduk di tahun ke 4 di bangku kuliah. CSV merupakan cikal bakal berdirinya GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) tahun 1950. Dengan keaktifannya di Jong Ambon, ia ikut mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928, yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Perhatian Leimena pada pergerakan nasional kebangsaan semakin berkembang sejak saat itu.
Setelah menempuh pendidikan kedokterannya di STOVIA Surabaya (1930), ia melanjutkan pendidikan di Geneeskunde Hogeschool (GHS - Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta yang diselesaikannya pada tahun 1939. Ia juga dikenal sebagai salah satu pendiri Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Leimena mulai bekerja sebagai dokter sejak tahun 1930. Pertama kali diangkat sebagai dokter pemerintah di "CBZ Batavia" (kini RS Cipto Mangunkusumo). Tak lama ia dipindahtugaskan di Karesidenan Kedu saat Gunung Merapi meletus. Setelah itu dipindahkan ke Rumah Sakit Zending Immanuel Bandung. Di rumah sakit ini ia bertugas dari tahun 1931 sampai 1941.

Pada tahun 1945, Partai Kristen Indonesia (Parkindo) terbentuk dan pada tahun 1950, ia terpilih sebagai ketua umum dan memegang jabatan ini hingga tahun 1957. Selain di Parkindo, Leimena juga berperan dalam pembentukan DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia, kini PGI), juga pada tahun 1950. Di lembaga ini Leimena terpilih sebagai wakil ketua yang membidangi komisi gereja dan negara.
Ketika Orde Baru berkuasa, Leimena mengundurkan diri dari tugasnya sebagai menteri, namun ia masih dipercaya Presiden Soeharto sebagai anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung) hingga tahun 1973. Usai aktif di DPA, ia kembali melibatkan diri di lembaga-lembaga Kristen yang pernah ikut dibesarkannya seperti Parkindo, DGI, UKI, STT, dan lain-lain. Ketika Parkindo berfusi dalam PDI (Partai Demokrasi Indonesia, kini PDI-P), Leimena diangkat menjadi anggota DEPERPU (Dewan Pertimbangan Pusat) PDI, dan pernah pula menjabat Direktur Rumah Sakit DGI Cikini.
Pada tanggal 29 Maret 1977, J. Leimena meninggal dunia di Jakarta.

Diangkat menjadi Pahlawan Nasional
Sebagai penghargaan kepada jasa-jasanya, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden No 52 TK/2010 pada tahun 2010 memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Dr. Leimena.[1]

Jabatan
Menteri Muda Kesehatan pada Kabinet Sjahrir II (12 Maret 1946 - 2 Oktober 1946)
Wakil Menteri Kesehatan pada Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947)
Menteri Kesehatan pada Kabinet Amir Sjarifuddin I (3 Juli 1947 - 11 November 1947)
Menteri Kesehatan pada Kabinet Amir Sjarifuddin II (11 November 1947 - 29 Januari 1948)
Menteri Kesehatan pada Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 - 4 Agustus 1949)
Menteri Negara pada Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949)
Menteri Kesehatan pada Kabinet Republik Indonesia Serikat/RIS (20 Desember 1949 - 6 September 1950)
Menteri Kesehatan pada Kabinet Natsir (6 September 1950 - 20 Maret 1951)
Menteri Kesehatan pada Kabinet Sukiman-Suwirjo (27 April 1951 - 3 April 1952)
Menteri Kesehatan pada Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 30 Juli 1953)
Menteri Kesehatan pada Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 24 Maret 1956)
Menteri Sosial pada Kabinet Djuanda (9 April 1957 - 10 Juli 1959)
Menteri Distribusi pada Kabinet Kerja I (10 Juli 1959 - 18 Februari 1960)
Wakil Menteri Utama merangkap Menteri Distribusi pada Kabinet Kerja II (18 Februari 1960 - 6 Maret 1962)
Wakil Menteri Pertama I pada Kabinet Kerja III (6 Maret 1962 - 13 Desember 1963)
Wakil Perdana Menteri II pada Kabinet Kerja IV (13 November 1963 - 27 Agustus 1964)
Menteri Koordinator pada Kabinet Dwikora I (27 Agustus 1964 - 22 Februari 1966)
Wakil Perdana Menteri II merangkap Menteri Koordinator, dan Menteri Perguruan Tinggi & Ilmu Pengetahuan pada Kabinet Dwikora II (24 Februari 1966 - 28 Maret 1966)
Wakil Perdana Menteri untuk urusan Umum pada Kabinet Dwikora III (27 Maret 1966 - 25 Juli 1966)
=================================
Sanusi Pane
sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru
Sanusi Pane (lahir di Muara Sipongi, Sumatera Utara, 14 November 1905 – meninggal di Jakarta, 2 Januari 1968 pada umur 62 tahun) adalah seorang sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru yang karya-karyanya banyak diterbitkan antara 1920-an sampai dengan 1940-an. Keluarga

Sanusi Pane adalah anak dari Sutan Pengurabaan Pane, seorang guru dan seniman Batak Mandailing di Muara Sipongi, Mandailing Natal. Di antara delapan bersaudara, selain dirinya ada juga yang menjadi tokoh nasional, yaitu Armijn Pane yang juga menjadi sastrawan, dan Lafran Pane yang merupakan pendiri organisasi pemuda Himpunan Mahasiswa Islam.

Pendidikan
Semasa mudanya, Sanusi Pane menempuh pendidikan formal di HIS dan ELS di Padang Sidempuan, Sumatera Utara. Pendidikannya selanjutnya adalah di MULO di Padang dan Jakarta, yang diselesaikannya tahun 1922. Ia lalu melanjutkan di Kweekschool (sekolah guru) di Gunung Sahari, yang selesai pada tahun 1925. Ia lalu mengajar di sekolah tersebut, sebelum dipindahkan ke Lembang dan menjadi HIK. Ia juga sempat kuliah di Rechtshogeschool dan mempelajari Ontologi. Pada antara tahun 1929-1930, ia berkesempatan mengunjungi India, yang selanjutnya akan berpengaruh besar terhadap pandangan kesusastraannya.

Karier
Sekembalinya dari India, Sanusi Pane menjadi redaksi majalah "Timbul" yang berbahasa Belanda. Ia mulai menulis berbagai karangan kesusastraan, filsafat dan politik, sementara tetap mengajar sebagai guru. Karena keanggotaannya dalam PNI, tahun 1934 ia dipecat. Ia kemudian pemimpin sekolah dan guru di sekolah-sekolah milik Perguruan Rakyat di Bandung dan Jakarta. Tahun 1936 Sanusi Pane menjadi pemimpin suratkabar Tionghoa-Melayu "Kebangunan" di Jakarta; dan tahun 1941 ia menjadi redaktur Balai Pustaka.

Pandangan
Dalam bidang kesusastraan, Sanusi Pane seringkali dianggap sebagai kebalikan dari Sutan Takdir Alisjahbana.[1] Sanusi Pane mencari inspirasinya pada kejayaan budaya Hindu-Budha di Indonesia pada masa lampau.[2] Perkembangan filsafat hidupnya itu, sampailah kepada sintesa Timur dan Barat, persatuan jasmani dan rohani, dunia dan akhirat, serta idealisme dan materialisme; yang tercermin dalam karyanya "Manusia Baru", yang diterbitkan oleh Balai Pustaka di tahun 1940.

Karya
Sanusi Pane cukup produktif dalam menghasilkan karya kesusastraan, diantaranya sebagai berikut:
Pancaran Cinta (1926)
Prosa Berirama (1926)
Puspa Mega (1927)
Kumpulan Sajak (1927)
Airlangga (drama berbahasa Belanda, 1928)
Eenzame Caroedalueht (drama berbahasa Belanda, 1929)
Madah Kelana (1931)
Kertajaya (drama, 1932)
Sandhyakala Ning Majapahit (drama, 1933)
Manusia Baru (drama, 1940)
Kakawin Arjuna Wiwaha (karya Mpu Kanwa, terjemahan bahasa Jawa Kuna, 1940)